Minggu, 21 Maret 2010

Mekanisme Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebagai alat kontrasepsi

Mekanisme kerja lokal AKDR sebagai berikut :
  1. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leokosit, makrofag, dan limfosit.
  2. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
  3. Pemadatan endometrium oleh leokosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin di rusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
  4. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi . Mekanisme kerja yang pasti belum diketahui dan masih dalam penelitian.
Keuntungan AKDR adalah :

1. Dapat diterima masyarakat dengan baik.
2. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.
3. Kontrol medis yang ringan.
4. Penyulit tidak terlalu berat.
5. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.

Kerugian AKDR
  1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ.
  2. Terdapat perdarahan: spotting dan menometroragia.
  3. Leokorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.
  4. Dapat terjadi infeksi.
  5. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dam kehamilan ektopik.
  6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
Sekalipun masih dijumpai penyulit AKDR, kelangsungan pemakaian cukup tinggi, sehingga tetap menjadi andalan gerakan keluarga berencana nasional.

Kapan waktu untuk memasang AKDR

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dipasang diluar hamil dan saat selesai menstruasi. Sekitar tahun 1970, Lippes loop D dipasang pada program postpartum. Pemasangan program postartum belum memuaskan karena banyak terjadi ekspulsi, dan masyarakat segan untuk kembali. Ekspulsi terjadi pada pemasangan pascapersalinan.

AKDR dapat dipasang pada:

1. Bersamaan dengan mentruasi.
2. Segera setelah bersih menstruasi.
3. Pada masa akhir puerperium.
4. Tiga bulan pascapersalinan.
5. Bersamaan dengan seksio sesaria.
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage.
7. Hari kedua-ketiga pascapersalinan.

Kapan AKDR tidak dapat dipasang

1. Terdapat infeksi genitalia

  • Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi.
  • Keadaan patologis lokal: frungkle,stenosis vagina, infeksi vagina.
2. Dugaan keganasan serviks.
3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas.
4. Pada kehamilan: terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan, infeksi.

Daftar Pustaka :
Manuaba. Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC

Fungsi kulit

Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
  • Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
  • Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
  • Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
  • Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.
  • Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.
2. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

a) Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.

b) Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
  • Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.
  • Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

Daftra Pustaka:
Sloane, Ethel (2003). Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

GENDER

A. Pengertian Gender menurut kantor Menneg PP, BKKBN, UNFPA (2001)
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikonstruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan Zaman akibat konstruksi social.
Berkaitan dengan pengertian diatas, beberapa istilah yang berkaitan dengan gender:
  1. Emansipasi yaitu Kesetaran kedudukan, peran, tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam segala aspek kehidupan.
  2. Feminisme yaitu ciri, karakter, sikap, perilaku yang banyak dimiliki perempuan.
  3. Maskulin yaitu cirri, karakter, sikap, perilaku yang banyak dimiliki laki-laki.
  4. Bias gender yaitu anggapan yang tidak mengakui persamaan peran, kedudukan, tanggung jawab antara laki-lki dan perempuan dalam keluarga, masyarakat.
  5. Relasi gender yaitu hubungan laki-laki dan perempuan dalam kerjasama yang seiring sejalan atau bertentangan.
  6. Kesetaraan dan Keadilan gender yaitu suasana yang adil (equity) dan setara (equality) dalam hubungan kerja sama laki-laki dan perempuan.
  7. Isu gender yaitu permasalahan yang terjadi sebagai konsekuensi dengan adanya kesenjangan gender sehingga mengakibatkan diskriminasi pada perempuan dalam akses dan control sumber daya, kesempatan, status, hak, peran, dan penghargaan.
  8. Buta gender yaitu idak memperdulikan kebutuhan laki-laki dan perempuan yang berlainan atau tidak menyebutkan secara aksplisit perempuan dan laki-laki.
  9. Manfaat gender yaitu sejauh mana perempuan dan laki-laki memperoleh keuntungan dari program dan kegiatan tersebut.


B. Budaya yang mempengaruhi gender

  1. Budaya Patriarki yaitu suatu budaya dimana yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga berada di pihak ayah.
  2. .Budaya gender dan perilaku seksualPada budaya gender terjadi ekstramarital seks yang hal ini menimbulkan perilaku seksual yang pada akhirnya berhubungan dengan transmisi dari penyakit seksual seperti gonorhoe, syphilis, herpes genitalia, AIDS, kanker servik, hepatitis B, dll.
C. Bentuk Diskriminasi Gender

a. Marginalisasi ( peminggiran)

Marginalisasi yang mengakibatkan kemiskinan, terjadi dalam masyarakat di Negara berkembang seperti penggusuran dari kampong halamannya, eksploitasi. Marginalisasi banyak terjadi dalam bidang ekonomi.

b. Subordinasi (penomorduaan)

  • Keyakinan salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya.
  • Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng yang mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki.
c. Stereotipe ( citra buruk)

Pandangan buruk terhadap perempuan. Salah satu jenis stereotype yang melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi bersumber dari pandangan gender karena menyangkut pelabelan atau penandaan terhadap salah satu jenis kelamin tertentu.

d. Violence ( kekerasan )

Violence merupakan suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat dari perbedaan peran yang muncul dalam berbagai bentuk.

e. Beban kerja berlebihan.




Daftar Pustaka:
Widyastuti,Yani.dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Fitramaya